Meninggalkan Keluarga Kecil Bernama Valadoo


Namanya perpisahan, selalu tak pernah mudah atau mungkin hanya sedikit rumit saja dipahami. Saya, pada akhirnya memilih untuk meninggalkan keluarga kecil Jakarta bernama Valadoo. Setelah selama hampir dua tahun tempat itu menaungi saya. Tak pernah mudah bagi saya menerima perpisahan. Tapi bagaimanapun juga saya berdiri di titik ini, titik perpisahan.

Bersama Valadoo yang Hangat

Saya masih ingat, ketika Valadoo menyambut hangat dan membesarkan dengan caranya. Kala itu saya merasa mendapatkan sebuah rumah lagi di Jakarta. Rumah yang hangat, ceria, segar dan menenangkan. Bertempat di kawasan Kuningan hingga akhirnya pindah ke Gandaria, selama itu saya mengalami berbagai hal dalam adaptasi.

Penuh warna! Valadoo yang saya dingat adalah tempat penuh warna. Saya berada di titik ternyaman bersama teman-teman kerja di sana. Cocok diskusi sana-sini, rame yah pokoknya sudah klop aja gitu. Soal urusan kerjaan pun masing-masing divisi sudah kompak saling membantu satu sama lain.

 

“Apa yang kamu sukai dari Valadoo, sehingga ingin membuatmu bergabung?”
“Boleh jujur?”
“Silahkan”
“Sejujurnya karena hijau, saya sangat senang dengan warna hijau. Dan Valadoo penuh dengan ornamen hijau, itu membuat saya gembira berada di sini.”

Setelah saya pikir, itu adalah jawaban paling absurd yang pernah saya lontarkan. Iya tapi memang karena warna hijau itu, itu yang membuat saya nyaman berada di Valadoo sekian tahun. Di sana, saya belajar bagaimana bekerja penuh tekanan. Bagaimana bersahabat dengan deadline.

Valadoo juga mengajarkan saya untuk berkembang, dari seorang yang sering lupa tentang detail, jadi seseorang yang terbiasa dengan detail. Di sana saya belajar juga untuk mengantisipasi berbagai hal sebelum mengambil langkah dalam bekerja. Iya, saya belajar dan terbiasa untuk memiliki plan A-B-C dalam setiap kerjaan. Hal yang tak pernah saya pikirkan dalam bekerja sebelumnya, bahwa kejadian tak terencana akan sangat mungkin terjadi dan sebelum hal itu muncul maka segala lini sudah disiapkan untuk mengantisipasinya. Tentunya dengan beragam plan tersebut.

Salah satu spot favorit di Valadoo.

Terkesan rumit ya. Tapi sejak berada di sana, saya terbiasa memiliki plan, mempersiapkan beberapa kemungkinan dan yang paling disyukuri adalah menjadi lebih tenang. Dulu, saya orang yang menggebu-gebu, kini mungkin sudah tua jadi lebih kalem.

Valadoo juga mengajarkan saya menjadi seseorang yang ditanyai. Salah satu jabatan yang pernah saya pegang adalah Lead Writer, tampuk jabatan ini membuat banyak pelajaran selama karir menulis di sana. Iya, saya cuma sebagai penulis. Meski cuma penulis, saya diajarkan untuk bekerja sama dengan divisi lain. Bagaimana mengkomunikasikan ke divisi lain yang punya pemahaman berbeda itu jadi tantangan luar biasa selama berada di sana.

Salah satu tantangan yang paling pelik selama berada di sana adalah menulis dalam bahasa Inggris. Yah, meski saya masih belum bagus-bagus amat, tapi sudah bisa menulis dalam bahasa Inggris. Menulis artikel dalam bahasa Inggris merupakan hal yang tak mungkin saya lakukan, tapi akhrinya saya kerjakan jua.

Yah, anggap saja sesuatu yang tidak mungkin itu masih punya kemungkinan 1% untuk jadi nyata.

Akhir yang Asing

<img class=" aligncenter" src="http://1.bp.blogspot wikipedia reference.com/-T4SfnfTw2T8/VTd9amlxtdI/AAAAAAAAE7Y/XfGvfjSflc0/s1600/20150227_132136.jpg” alt=”” width=”400″ height=”400″ border=”0″ />
Pernah ada yang berkelakar pada saya, “Mau sampai kapan kamu berada di zona nyaman? Sampai kamu merasa ga nyaman? Itu memakan waktu sepanjang hidup dan saat terjadi semua sudah terlambat“.
Selama beberapa waktu saya terus memikirkan hal itu. Valadoo merupakan zona nyaman sepanjang karir saya. Tapi sebagai seorang yang ingin berkembang, saya terbayang untuk meninggalkan zona ini. Berat, pastinya!
Bagi saya yang namanya perpisahan itu tak pernah mudah, tak pernah mulus, dan selalu menyisakan kegalauan. Tapi, akhirnya pada awal Maret saya memutuskan untuk meninggalkan keluarga kecil bernama Valadoo. Mencoba mencari sesuatu yang baru.
Keputusan yang hanya saya pikirkan sendiri ini mungkin jadi hal yang paling mengejutkan bagi rekan-rekan saya. Tapi, kadang kita harus Move On, bukan? Banyak hal yang dilalui, banyak keriaan, bahkan sampai akhir saya di sana pun tetap disambut dengan hangat.
Terimakasih banyak untuk semua keriaan, kebersamaan, dan pengalaman luar biasa bersama kalian. Bukan hal mudah buat saya bisa menuliskan di blog, karena masih berat aja gitu menuliskan perpisahan.
Valadoo punya cara mendidik sendiri, yang sangat berkesan dan memberikan banyak perubahan positif di hidup saya. Sekali lagi, terimakasih banyak sudah menjadi rumah yang hangat untuk saya 🙂
Pastinya bakal kangen dengan sudut satu ini 😀

 

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

You May Also Like
Read More

30DBlog: Foto Diri

Topik ini acak banget. Setelah kemarin sempat serius dengan pendidikan, lalu share blog-blog asik, eh sekarang minta foto…

Sehat Itu Mahal

Sudah lama ga ngeblog, kali ini nyoba nge-blog lagi. Mau membagi kisah rantau aja ah. Siapa yang tak…