Meniti Ingatan Lewat Jurnal

Terkadang kalau sudah menghadapi banyak task dalam waktu bersamaan seringnya merasa kewalahan karena tidak semua hal bisa diingat dengan sempurna. Hal tersebut saya rasakan beberapa waktu belakangan, ketika mulai menumpuk pekerjaan dalam satu waktu rasanya 24 jam tak pernah cukup.

Kemudian mencari cara dan celah untuk bisa menata hidup selama sebulan. Menata mana prioritas, mana yang harus dilakukan, mana target yang harus dicapai dan apa saja yang telah dilakukan dalam rentang waktu satu bulan. Banyak ya, tapi pada akhirnya semua terjawab dengan jurnal.

1603-journal

Saya ingat benar dulu ketika menyelesaikan Tugas Akhir, semua jadwal rasanya begitu berantakan dan berlimpah. Hingga akhirnya mulai diringkas dalam sebuah catatan yang harus diisi setiap bulan. Setiap target dan perkembangannya dibubuhkan, meski harus mengakui sering luput dari yang direncanakan. Namun sisi baiknya saya tahu bulan ini harus mendapatkan perkembangan sejauh mana.

Jurnal bisa juga jadi semacam cambuk, ketika sudah rutin mengisi apapun yang terjadi pada setiap hari yang dilewati maka dapat dilihat seberapa produktif kita. Dari membaca kembali isi jurnal bisa jadi evaluasi diri.

Kali ini saya mencoba untuk memulai lagi membuat jurnal selama bekerja. Dalam sebuah buku yang memiliki halaman polos, jadi saya bisa membuat sendiri format penulisannya. Journal ini bukan Diary, jadi isinya bukan curahan hati tertulis melainkan target-target setiap hari-minggu-bulan.

Dari riset kecil yang saya lakukan ternyata permasalahan utama dalam menulis jurnal adalah konsistensi. Di mana godaan untuk meninggalkan karena ribet dan malas selalu datang. Untuk masalah ini saya belum dengan sempurna mempersiapkan strategi, tapi dari pada tidak dimulai sama sekali maka diberanikan untuk membuat jurnal pertama.

Hal pertama yang saya lakukan ialah mencari referensi format jurnal yang sudah banyak dipakai orang. Pencarian yang tak mudah apalagi hingga format itu sesuai dengan pola menulis. Biasanya para penulis jurnal akan membuat peta tahunan, berisi 12 bulan yang diisi motto atau rangkuman ringkas tiap bulan.

Lalu kemudian membuat jurnal bulanan. Di sini saya isi dengan jadwal tetap yang selalu hadir dalam satu bulan atau rencana penting dalam bulan itu. Oh ya, ini dibuat manual ya, meski kini ada banyak buku jurnal yang sudah berisi format tapi atas dalih keleluasaan saya memilih membuat sendiri.

Bullet Journal Format Monthly

Setiap bulan saya akan menuliskan target dalam bulan itu, meski kecil akan saya tuliskan. Ada pula rutinitas yang ingin saya kembangkan dan pantau dalam satu bulan tersebut. Saya sengaja membuatnya berdampingan agar mudah dipantau.

Bullet Journal Format

Kemudian masuk ke dalam format mingguan, di sini saya masih mencari-cari mana yang paling pas. Namun sampai saat ini masih senang dengan meletakkan target mingguan atau daftar tugas di sebelah kiri untuk mendata banyak tugas. Lalu sebelah kanan akan saya isi detail kegiatan. Biasanya akan saya pisahkan antara kegiatan kerja dan pribadi dengan bullet numbering berbeda.

Bullet Journal Format Monthly

Terkadang saya juga malas untuk menengok berulang kalender, maka pada kanan bawah lembar mingguan akan saya selipkan kalender sehingga tahu sedang mengisi minggu keberapa.

Bullet Journal Format

Sejauh ini saya senang melihat hasilnya, bisa memantau apa saja yang saya kerjakan dan seberapa produktif selama satu bulan. Namun karena cukup berat maka saya membuat satu jurnal kecil yang dibawa ke mana saja dan berisi daftar pekerjaan seharian.

Saya memilih format Bullet Journal di mana dapat memantau dengan seksama tiap detil pekerjaan. Hal ini membuat jelas alasan ‘malas’ atau ‘rajin’ tiap harinya ketika menghadapi pekerjaan. Meski saya bukan orang yang begitu rapi serta taat pada aturan begini, namun mempertimbangkan manfaatnya mau tak mau terus menggunakan jurnal.

Kamu pun dapat mencoba membuat jurnalmu sendiri dan memantau apa saja yang kamu lakukan. Tips mudah berjurnal ria adalah Konsisten dan JUJUR saat menulis jurnal. Selamat mencoba dan semoga mendapatkan manfaatnya 🙂

2 comments
    1. Karena ada kepuasan sendiri menggoreskan pena. Sudah pernah pakai di HP cuma selalu gagal dan hanya bertahan seminggu. Lagi pula kalau kertas saya bisa menambahkan hal-hal misal gambar untuk dekorasi atau sekedar diary gambar.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

You May Also Like
journal indonesia
Read More

Peralatan Awal Berjurnal

Sekian lama menggunakan sistem bullet journal dalam berjurnal dan merasakan manfaatnya. Saya rasa sudah waktunya membagikan beberapa cerita…