ilustrasi monosodium glutamat (sumber: wikipedia) |
MSG a.k.a Monosodium Glutamat familiar sebagai bahan penyedap rasa masakan, dibutuhkan saat memasak tapi juga dihindari karena alasan kesehatan. Perkenalan saya dengan MSG tentunya dari dapur, namun saat itu pengetahuan saya masih berbalut merek saja. Lebih lanjut, saya mulai kenal ketika duduk di bangku SMA, di sana diperkenalkan apa itu monosodium glutamat sebagai salah satu bahan yang dibedah secara kimia.
Monosodium Glutamat dalam Telaah Kimia
Monosodium Glutamate merupakan rangkian karbon yang terdiri dari 78% free glutamic acid dan 21% sodium. Glutamat sendiri merupakan salah satu pilar dari protein, memiliki citarasa lain/khas dan dapat larut dalam air. Kalau dirunut jauh sih sebenarnya MSG itu saudara sepupu dari kakek buyutnya protein. Salah satu ahli kesehatan pernah menyebutkan jika tubuh kita membutuhkan kandungan gizi dalam monosodium glutamat, namun dengan takaran tertentu. Jangan mikir kalo monosodium glutamat ga punya gizi, karena runutannya memang dia mengandung gizi meski kecil.
MSG Bercitarasa
MSG (monosodium glutamate) atau mungkin akan lebih mudah diingat dengan Michin ya. Bagian kecil dari pilar protein ini memiliki rasa unik jika dicampurkan dengan masakan akan menimbulkan kesan makanan lebih gurih dan berprotein. Memang tak salah sih, karena itu memang reaksi kimianya begitu. MSG yang kita kenal itu dulunya ditemukan oleh ilmuwan Jepang, Kukunae Ikeda – 1908, ia penemu merek dagang Ajinomoto. Dulu ditemukan agar keluarganya bisa menikmati makanan dengan gizi baik saat masa itu krisis gizi. Bahan dasar michin ialah rumput laut yang diekstrak dan menciptakan rasa yg disebut umami.
Kadang yang Enak itu Berbahaya
Makin kesini makin ditemui MSG sebagai penyedap masakan beragam rasa. Yang membahayakan dari produk ciptaan ini adalah rasanya yang enak jika dicampur pada makanan. Akhirnya akan membuat orang suka makan makanan itu. MSG mudah ditemui selain sebagai bubuk ajaib sop/tumisan juga ada di fast food atau makanan beku. Jika makanan yang mengandung monosodium glutamat dikonsumsi terlalu banyak bisa memicu kegemukan. Pada taraf banyak banget, tubuh kita akan bereaksi seperti pusing, sakit kepala, detak jantung yang terlalu cepat, kulit kering, kurang tidur, gangguan pendengaran hingga depresi.
Memang yang berlebihan itu tak pernah bagus. Tidak membiasakan diri menambahkan MSG saat memasak itu bisa jadi pilihan yang tepat. Terlebih jika kamu termasuk orang yang mudah gemuk karena faktor garam. Bukan berarti menghindari terlalu ekstrim ya karena ingatlah tubuh kita butuh protein. Segala yang terlalu itu tak pernah bagus kan?
Paradigma MSG dengan Kepintaran
Sebuah paradigma yang saya kenal sejak kecil “Jangan makan MSG nanti kamu bego” …sampai sekarang saya tidak tau korelasi dan fakta nyatanya. Bagi saya, bego itu hanya masalah pilihan kamu mau mencoba dan tekun dalam belajar atau tidak. Tolong koreksi saya jika ada artikel atau hasil penelitian yang menyebutkan jika mengkonsumsi MSG bisa menurunkan poin IQ. Poin IQ tinggi pun tak bisa menjamin orang itu pintar, karena faktor rajin dan malas masih menjadi ujung tombaknya.
Sejak mempelajari kandungan dalam MSG (monosodium glutamat) dan sejarahnya jadi tau juga mereka yang mendapat efek samping adalah dengan konsumsi zat itu terlalu tinggi. Makin kesini makin susah menemukan masakan tanpa campuran MSG dan atau tanpa MSG selama PROSES pembuatannya.
Oh ya, denger punya denger, celetukan MSG atau michin bikin bego itu upaya black-campaign untuk menjatuhkan merek dagang Ajinomoto dulunya yang tengah jaya oleh pesaingnya yang sama-sama bikin MSG juga.
Oke sekian dan terima sumbangan MSG