Bertambah Tua

Menjelang bulan Mei biasanya jadi waktu yang mendebarkan, bagaimana tidak sebentar lagi saya menginjak usia yang berbeda. Dalam batin dan pikiran berkecamuk tentang rasa tak percaya telah berhasil melampaui hampir setahun di hidup saya.

Bertambah tua, bertambah pula angka belakang title umur saya. Rasanya.., saya sendiri tak tau bagaimana rasanya emosi ini ketika bertambah tua. Berkecamuk, pasti. Hidup yang tak tahu ujungnya dan arahnya telah berhasil saya lalui setahun. Hebat bukan?

– Waktu –

Dulu saat menjelang ulang hari lahir rasanya bahagia akhirnya saya beranjak dewasa. Tapi ketika melalui umur ‘dewasa’ dan berada di dalamnya, saya pahami betapa tak menyenangkan menjadi dewasa. Bagi saya kini waktu terasa begitu kabur dan bias.

Beberapa waktu lalu saat saya tak sengaja mengingat “ah Mei tambah umur” yang kemudian datang adalah potongan-potongan hidup. Apa saya sudah sangat berguna, bermanfaat; Apa tujuan saya dalam hidup; Apa yang sudah dihasilkan selama puluhan tahun ini.

Yah, itu membuat saya tak begitu mengharapkan suka cita dalam ‘perayaan’ tambah umur ini. Di usia ini nampak kurang pantas mengharapkan suka cita dalam bentuk hura-hura. Hidup saya mungkin harus diaudit lagi biar lebih barokah. –Andai saya bisa meminta dan dikabulkan luruhkan rasa sakit hati orang-orang yang pernah saya sakiti di usia saya sebelumnya, mungkin bisa jadi hadiah terindah.-

Teruntuk diri sendiri:

Terimakasih telah berjuang bersama selama puluhan tahun dengan seorang anak yang selalu merasa bukan dirinya sendiri. Terimakasih telah bersabar bersama anak yang terlalu aktif dan egois pada dirisendiri. Terimakasih untuk selalu mengingatkan bahwa hak dalam diri hanyalah menjaga badan tetap sehat dan jiwa terus dekat dengan-NYA. Terimakasih telah menyentil bahwa tiada ‘saya’ tanpa dua orang tua, dan tiada ‘saya’ tanpa ijin tuhan kesayangan. Kita akan melalui (insyallah) tahun-tahun berikutnya bersama lagi, setidaknya kelak tak terlalu bimbang tentang  eksistensi diri sebagai manusia lagi ya. sukses selalu!