Pertama-tama saya tidak ikut membaca buku pertama Supernova: Kesatria, Putri, & Bintang Jatuh, kala teman-teman saya begitu gencar bilang betapa kerennya kalau sudah baca buku ini. Biasanya kalo begini saya memang cenderung membaca saat hype sudah mulai turun, agar tidak bias.
Sejujurnya, mungkin ini karya Dee Lestari yang saya anggap cukup berat jika dibandingkan dengan Perahu Kertas. Saya yang saat itu mungkin masih muda belia belum tahu tentang hidup merasa bahasanya kurang mudah saya pahami. Mungkin karena memang menuturkan kisah dunia nyata dan dunia novel, kalau tidak pelan-pelan bisa tersesat, tapi kalau terlalu pelan malah pening. Namun, ceritanya masih menyenangkan untuk dibaca hingga habis.
Ada hal yang saya ingat dari buku ini adalah rasa yang tertinggal setelah halaman terakhir. Saya merasa semua terlalu abstrak, terlalu banyak konsep dunia yang belum saya pahami. Bingung. Meski begitu, saya akhirnya mempertimbangkan untuk melanjutkan membaca buku berikutnya jika ada rejeki.
Note: Di sini, saya tidak akan menjelaskan terlalu banyak tentang jalan ceritanya, karena saya hanya menuliskan hal-hal yang berkesan selama membaca karya ini, jadi jangan banyak berharap ya!
“Segalanya ada padamu. Di dalam dirimu. Termasuk Aku.”
— Supernova: Kesatria, Putri, & Bintang Jatuh, Dee Lestari
Supernova 1 – Kesatria, Putri, & Bintang Jatuh
Genre: Novel Fiksi
Pengarang: Dee Lestari
Penerbit: Bentang Pustaka
Catatan Tentang Supernova 1
Buku ini termasuk populer dan banyak diburu oleh para penyuka buku fiksi. Jika tidak berhati-hati membeli atau tidak beli di tempat resmi, kemungkinan besar akan dapat buku bajakan. Pastinya kalau buku asli covernya lebih kokoh emboss-nya, kertasnya bagus tidak abu-abu, dan dapat pembatas buku.
Karena sudah lama baca buku ini, saya agak lupa tentang rasanya. Mungkin akan saya baca lagi sebelum akhirnya menyelesaikan buku terakhir. Semua harusnya di mulai dari buku 1.
