Pendidikan jadi topik yang belakangan ini makin sensitif. Akhir-akhir ini ada banyak isu tentang pendidikan yang sempat menyeruak bagaikan gelembung lava dan membuat resah banyak pihak. Jadi ketika tantangan ke-16 ini meminta topik pendidikan, saya agak ragu.
Saya ingin pendapat ini tak mewakili situasi politik dan pendidikan di Indonesia. Pendapat saya hanya mewakili seorang (saya sendiri) yang telah lama lulus dari putaran siklus pendidikan di Indonesia dan mencoba mengingat idealnya pendidikan dalam kepala.
Bagi saya pendidikan itu penting, terlepas dari fakta ijasah jadi salah satu syarat yang bisa dipakai untuk mencari pekerjaan. Pendidikan mengajarkan banyak hal dan berguna untuk masa depan, sudah pasti kan ya ini. Namun tidak semua orang menyerap pendidikan dengan cara yang sama, ini agaknya kurang ‘dipahami‘.
Seperti tak bisa memaksakan ikan belajar memanjat pohon selincah monyet. Namun saya paham, ada standar yang harus dicapai untuk bisa bersaing dengan orang se-Indonesia atau di luar negeri. Selama mengenyam pendidikan, hal yang paling berat adalah adanya harapan-standar kelas sosial yang dilayangkan kepada seorang anak.
Harapan sederhana saja nilai ulangan 8-10, juara kelas, berprestasi dalam hal selain pelajaran, punya banyak teman. Mungkin ada orang yang luar biasa mampu menjalankan semua itu, tapi ada lebih banyak anak yang tak mampu menggapai semua sekaligus. Atau bisa masuk ke universitas A, jurusan A, nilai lulus A+ dan diterima di tempat kerja yang A juga. Sekali lagi, mungkin ada yang mampu, dan ada lebih banyak lagi yang tidak mampu melakukan semua harapan itu.
Hal sangat saya nikmati dalam pendidikan adalah kebebasan. Itu saya rasakan pada saat TK dan SD. Waktu untuk belajar masih seimbang dengan waktu bermain. Karena (ini asumsi saya sih) anak-anak itu senang kalau sudah bermain atau berkegiatan. Mungkin keriaan bermain agak berkurang pada pendidikan sekarang ya.
Pendidikan moral menurut saya penting untuk diajarkan, dan ini sangat susah untuk diajarkan. Bukan menuntut seseorang akan lulus dengan memiliki moral istimewa. Namun membekali seseorang dengan pertimbangan moral yang akan sangat berguna setelah lulus sekolah.
Itu tadi.. pendapat ngalor ngidul soal pendidikan hahahahaha. Mohon maaf saya bukan pemerhati pendidikan, juga bukan juru uji standar pendidikan di Indonesia, sehingga pendapat ini mungkin hanya remah-remahan rengginang yang tak lantas jadi perhatian.