Setelah sekian lama, akhirnya saya memutuskan untuk membuka kembali koleksi Novel Supernova. Mungkin buku pertama yang berakhir membuat saya bingung itu jadi alasan saya tidak ingin cepat-cepat lanjut membaca seri lanjutannya. Hingga pada akhirnya saya punya niatan sempurna untuk kembali membaca, dan Supernova jadi pilihan pertama.
Supernova (2): Akar ini saya dapatkan versi indie dari terbitan Truedee Books. Kertasnya tebal, sedikit lebih terasa kokoh, dan font yang digunakan cukup besar. Tenang, hal-hal tadi tidak serta merta membuat saya cepat menghabiskan membaca buku kedua ini.
Kisah hidup Bodhi berat, dan saya pelan-pelan membacanya. Agak membosankan ternyata membaca kisah pelancongan dia ke berbagai negara via jalur turis backpacker. Tetapi di sini memang banyak halangan dalam hidup Bodhi yang perlahan membuat dia utuh sebagai seseorang, tidak lagi bertanya tentang jati diri atau prinsip hidupnya.
Mungkin memang manusia perlu ditempa kejamnya hidup agar lebih tegar menjalani sisa harinya.
- Note: Di sini, saya tidak akan menjelaskan terlalu banyak tentang jalan ceritanya, karena saya hanya menuliskan hal-hal yang berkesan selama membaca karya ini, jadi jangan banyak berharap ya!

“Kesimpulan, masalah tak pernah ada.”
— Supernova: Akar, Dee Lestari

Novel Supernova 2 – Akar
Genre: Novel Fiksi
Pengarang: Dee Lestari
Penerbit: Truedee Books
Tentang Novel Supernova (2) Akar yang Ingin Kuceritakan
Buku ini memang lah berat, tetapi seru jika terus dibaca dengan khidmat karena:
- Tergolong tipis di kisaran 209 halaman saja. Harusnya cepat, tapi saya kesulitan menyelesaikan dengan cepat
- Perjalanan hidup Bodhi terlalu brutal untuk dicerna dengan cepat, perlu pelan-pelan membacanya
- Buku ini mengajarkan bahwa perpisahan itu kejam, tapi kamu masih harus terus menjalani hidup dengan sewajarnya
Dalam satu perbincangan dengan teman yang ternyata telah membaca buku ini, saya pernah mendengar jika sosok Bodhi itu begitu banyak penggemarnya. Sampai di halaman terakhir, saya masih belum menemukan alasan saya harus menggemarinya, ia hanya sosok manusia biasa yang nasibnya agak brutal kegulung derita di berbagai negara.