Seperti diceritakan sebelumnya, proses menemukan klinik yang pas dengan jadwal kami bukan perkara mudah. Akhirnya kami pun bertemu dengan satu klinik yang pas jarak tempuh serta kesesuaian jadwal. Dimulailah perjalanan panjang yang kalau diingat memang melelahkan untuk menemukan penyebab sakitnya Babang.
Cerita Sekilas Riwayat Sakit Babang
Awalnya Babang datang memang dalam kondisi pincang, namun seiring waktu pincangnya menghilang. Tapi kadang pincang itu datang lagi disertai dengan suhu yang lebih hangat dari biasanya. Menyebalkannya Babang, tiap sampai di satu klinik dia disuruh jalan bisa selow, tak ada pincangnya, jadi observasi tak bisa dilakukan juga. Jadi praktis Babang hanya diberikan obat yang sakitnya bisa diobservasi, kebetulan biasanya demam. Seperti itu terus berulang sampai bosan bolak balik klinik.
Semenjak terjadi renovasi sekitaran rumah, kondisi Babang tiba-tiba mulai menurun. Suhu tubuhnya tinggi, diiringi dengan bersin-bersin yang makin hari semakin parah intensitasnya, belum lagi dia mencret, kalau sudah gitu biasanya dia jadi malas makan. Kami tahu jika Babang cukup agresif sedari awal dia datang, dipegang perutnya (kesenggol saja) dia bisa mengeluarkan suara ancaman. Nah pada waktu itu kemarahan Babang kami rasa terlalu sering, karena cuma kesenggol area perut sedikit saja saya bisa kena cakar.
Kami separuhnya sudah putus asa mendatangi klinik untuk memeriksakan Babang. Namun karena kondisi ini tidak kembali membaik, akhirnya saya pun mencari alternatif klinik baru yang lebih dekat sehingga mudah kalau ada situasi darurat. Akhirnya dengan pertimbangan ‘tak ada salahnya mencoba lagi klinik baru‘, malah kami bertemu yang cocok hingga kini. Di Klinik Pet Ville, Yogyakarta, kami titipkan Babang untuk ditangani lebih lanjut.
Obeservasi Demi Observasi
Hewan itu cuma bisa memberikan tanda, pun terbatas suara keluhannya. Keterbatasan ini membuat dokter manapun membutuhkan waktu observasi yang bisa jadi tidak singkat. Jadi jangan menyerah ya kalau dokternya meminta untuk dipantau di rumah, sebagai pemilik anabul harus lebih aktif mencatat setiap detil perilakunya selama bersama kita. Mencatat kelakuan Babang merupakan modal kami untuk membantu dokternya menentukan tindakan selanjutnya.
Waktu itu saya cukup detil mencatat kapan cek suhu tubuh, berapa kali dia makan, berapa kali buang air besar (bentuk dan tekstur), hingga kapan saja Babang muntah. Kami sepakat jika kondisinya Babang tidak kunjung baik meski telah diberikan obat teratur dan pemantauan, cenderung semakin agresif malahan. Dokter pun memutuskan untuk mengawasi sekaligus memeriksa kondisi Babang lebih dekat dengan diinapkan. Sama seperti manusia, hewan juga penanganannya kalau tidak secara langsung terlihat parah (berdarah-darah atau lemas seperti cucian) maka tidak jadi prioritas. Tapi setelah tindakan standar pemberian obat berdasar observasi waktu diperiksa tak juga semakin membaik, biasanya akan dirujuk untuk rawat inap.
Pemantauan dokter kali ini lebih detail, iya, lebih detail. Test darah. Seumur-umur baru ini menghadapi keputusan mengambil darah untuk kucing, harap maklum masih baru memelihara kucing. Di klinik-klinik sebelumnya memang sempat diminta test darah, namun waktu kami datang tidak selalu pas dengan jam buka lab, sementara tes darah tak bisa dilakukan tanpa rujukan dokter, eiiish pokoknya ndak nemu jadwalnya. Di klinik ini Babang diinapkan untuk kemudian diambil contoh darahnya.
Hasil cek darah menunjukkan jika ia mengalami anemia berat. Kondisi komponen lainnya pun buruk. Kondisi kucing ini masih bersin dengan intensitas tinggi lho. Akhirnya kami mengajukan untuk observasi lanjut seperti rontgen atau scan apalah itu demi lebih dapat kepastian Babang sakit apa.
Kami bersyukur, dokter melihat kondisi Babang yang makin lemah tapi kami masih semangat berjuang bersama jadi semangat juga untuk menemukan penyebabnya. Akhirnya, saya dan suami dipanggil untuk mendengarkan penjelasan hasil observasi dokter yang dari chatnya tidak memiliki aura cerah.
Kondisi Sebenarnya Tubuh Babang
Babang menjalani serangkaian test lagi. Mulai cek darah, rontgen badan, hingga USG. Cek darah diperlukan untuk tau kondisi terkini dari dalam darah Babang. Rontgen Badan dari dada sampai perut dilakukan untuk mengetahui hal di dalam tubuh Babang yang membuat dia agresif, karena barang kali ada luka atau benda asing di dalam perut. Sementara USG untuk melihat lebih detail kecurigaan dari hasil rontgen.
Oke, terdengar lebay ya sampai USG segala. Tapi kabar yang kami dengar cukup membuat kaget. Dari hasil rontgen terpampang nyata penyebab Babang sering emosian. Organ limpa Babang mengalami pembengkakan sehingga mendesak organ lain, hal ini membuat dia kesakitan dan marah apabila disentuh area dada hingga perut.
Rekomendasi dokter hanya satu, pengangkatan limpa. Demi mendapati Babang yang tidak emosian, kondisi stabil, dan bisa bermain lagi. Akhirnya dengan berat hati kami merelakan beliau dioperasi.
Sebelum melakukan operasi, pemilik harus menandatangani kesepakatan dengan dokter. Hal ini biasa dilakukan sebelum melakukan tindakan operasi. Yang perlu diingat ialah “Sesayang-sayangnya kita dengan anabul, takdir nyawanya tetap ada di tangan tuhan. Dokter hanya membantu mempertahankan anabul kembali ke kondisi terbaik melalui tindakan klinis.” Namun dengan kesehatan Babang yang cenderung terus menurun, segala kemungkinan bisa terjadi kan.
Hari itu, kami menyiapkan hati untuk menanti kabar terbaru dari dokter. Sudah sejauh ini, rasa sayang kami dengan Babang semakin tinggi. Semakin berat pula kami menimbang hati untuk melepas dia.
Selamat Sentausa dan Kembali Ceria
Puji syukur kepada tuhan senantiasa didengungkan dalam segala situasi. Untuk menenangkan diri juga. Akhirnya kami dikabari oleh dokter bahwa Babang berhasil melewati operasi dan masuk masa pengawasan. Masih masa kritis, doi belum siuman. Tapi lega banget akhirnya limpa Babang berhasil dingkat. Menjura kepada dokternya Babang.
Untuk mempermudah proses operasi, biasanya Kucing dipangkas bulunya. Kami pun meminta Babang untuk dibondol sekalian, dengan model potongan Lion Cut. Lucu banget kalau ingat bagaimana bentuk Babang yang masih setengah sadar dan bingung seusai lewat masa kritis. Dia tidak punya bulu dan pakai baju dengan infus yang melekat di Badannya.
Setelah seminggu dirawat intensif hingga jahitan di perut Babang mengering, akhirnya beliau diperbolehkan untuk pulang. Jadinya rawat jalan. Kami sangat lega mendengar dia akhirnya sudah boleh pulang lagi.
Apabila kondisi kurang oke, Babang memang masih sering bersin-bersin. Tapi selepas pengangkatan limpa, kini Babang sudah tidak terlalu tempramen lagi. Saya sudah agak leluasa memegang area dada hingga perut samping. Tentu saja masih berbahaya jika mencoba memegang perut bawah.
Bentuk Babang dengan potongan Lion Cut setelah operasi kerap kami jadikan bahan becandaan, karena sangat menggemaskan. Biasanya potongan ini diberikan untuk kucing yang melakukan pengobatan kulit seperti jamur agar mudah perawatannya. Selain karena kondisi kulit dia yang ada jamur kecil-kecil, juga mengurangi Babang keringatan saat suhu udara menghangat. Saya optimis, bulu Babang akan kembali lebat lagi.
Alhamdulillah kini masalah Babang agresif banget sudah terpecahkan. Dia kini lebih kalem dan ramah untuk disentuh orang asing. Disentuh di area aman ya, bukan area sucinya.