Sudah bukan rahasia lagi, memelihara hewan memberikan banyak manfaat positif untuk manusia. Perlahan tapi pasti manfaat itu saya rasakan sejalan selama memelihara Babang. Pun saat kucing ini sakit, masa itu malah membuka pelajaran baru dan kemampuan baru yang tak saya sangka akan latih serta miliki.
Boleh dibilang kualitas hidup saya berubah ke arah lebih baik. Makanya saya selalu tekankan jika keberadaan Babang ini sangat penting dalam proses kami bertumbuh bersama. Kami selalu tak lupa mengucapkan terima kasih atas kesediaan Babang hadir dalam perjalanan ini.
Sebelum terlalu sedih, saya mau membagikan cerita mengenai beberapa pelajaran yang saya alami selama merawat seekor kucing (kebetulan pernah masuk masa sakit parah). Semoga bisa bermanfaat dan memberi pandangan positif pada memelihara anak berbulu atau anabul di rumah.
1. Belajar Sabar Menghadapi Kucing
Sebagai orang baru dalam hal memelihara kucing, ternyata proses awalnya begitu menguras rasa sabar. Di tengah kegembiraan akhirnya diberi kesempatan punya peliharaan, saya juga harus menghadapi kenyataan tabiat Babang yang sangat liar (dia masih anak jalanan banget). Bukan tidak mau diatur, tapi sangat agresif jika salah memegang. Babang di awal-awal juga sangat curiga terhadap manusia, ia selalu menjaga jarak dengan kami.
Selain itu, memelihara kucing sepenuhnya merupakan komitmen berat. Hal baru bagi saya yang tak pernah berbagi atap dengan anabul. Ternyata ada banyak hal yang kucing itu tidak bilang saat awal dia masuk rumah. Salah satunya ialah berhadapan dengan hasta karya saat dia buang air besar dan air kecil.
Karena kucing cuma bisa mengeong, kadang malah tak ada suaranya, jadi kalau sudah dihadapkan dengan segala kelakuannya mau tak mau harus lebih sabar. Saya menganut sistem untuk tidak membentak Babang kecuali kelakuan dia sangat keterlaluan terutama di kategori kebersihan (kencing di luar liter) dan ketidaklaziman (makan pasir liter atau makan katak, burung, tikus). Selain itu saya mencoba bersabar, mau dia membuat berantakan barang saat penasaran mengincar buruan pun mulut dikunci sambil latihan pernafasan lalu merapikan sisa-sisa perang. Karena kalau marah juga percuma, paling dia akan jaga jarak lagi.
Cara ini terbukti cukup manjur untuk mendisiplinkan Babang. Dia jadi paham jika kita berteriak berarti larangan keras dan siap-siap dihukum. Kalau terlalu sering teriak, dia jadi kebal dan tidak bisa membedakan kapan kelakuannya keterlaluan. Percayalah saya dulu tidak sesabar ini menghadapi hewan, bahkan takjub bisa se-selow ini.
2. Mengetahui Beragam Tabiat Kucing
Selama memelihara Babang, ternyata saya belajar untuk menghafal tindakan dia. Ini karena kucing tak bisa berbicara, ia hanya bisa mengeong, menunjukkan gelagat. Disadari atau tidak, suara eongan kucing itu beda-beda tergantung dengan maksud mereka. Desis yang dikeluarkan kucing artinya peringatan terakhir sebelum dia mengeluarkan senjata cakarnya. Kalau sudah ada desisan dan kamu nekad lalu dicakar, ya terima saja.
Arah telinga pun bisa menunjukkan kondisi emosi dia. Saat telinganya mengarah ke belakang biasanya kucing merasa terancam, ini biasanya diikuti dengan pose mundur dan menunduk, siap-siap saja diserang. Kalau sudutnya lebih turun biasanya dia sedang takut.
Tapi untuk ekor, saya masih belum yakin maknanya. Yang saya pelajari dari Babang saja ya, bila ekor turun biasanya Babang agak merasa terancam dan takut, turun tapi ujungnya bergoyang biasanya lagi nunggu buruan. Kalau lagi tidur dan ekornya bergerak melambai tinggi biasanya dia merasa terganggu dengan manusia, kalau cuma ujungnya kesabarannya bisa berubah jadi serangan. Kalau tiba-tiba dia mendekat dan menepukkan ekor ke kaki kita, biasanya dia sedang memberi tahu kucing lain kalau kami adalah milik dia seutuhnya.
Ketika ekornya mekar (ini jarang banget terjadi), sebaiknya siapkan air, sapu, dan ember atau keranjang untuk melerai, karena sudah pasti beberapa detik kemudian dia akan bertarung. Air semprotkan ke kucing lawan, sapu untuk menghalangi pandangan kucing kita taruh depan muka, kalau tidak berhasil tutup kucing dengan ember sembari mengusir lawan. Jangan sekali-kali memegang kucing saat berkelahi dengan ekor megar dan telinga ke arah belakang plus teriak-teriak apalagi sudah cakar-cakaran. Nanti yang ada kamu terluka parah.
Pelajaran tabiat kucing ini membuat saya jadi paham ketika kita tenang maka kucing pun akan ikut tenang juga. Maka saya usaha banget untuk tidak asal teriak dan menunjukkan gelagat marah saat Babang berulah. Ketenangan ini sangat berguna ketika harus mengobati dia, kita butuh menarik kepercayaannya bahwa hati dan pikiran manusia ini tidak diliputi niat berlaku buruk. Oh dan jangan lupa berbicara dengan nada lembut niat kita, entah benar atau hanya sugesti tapi selalu manjur saat proses mengobati Babang.
3. Mengetahui Beberapa Penyakit yang Melanda Kucing
Keseruan memantau Babang juga membuat saya tahu ada banyak penyakit yang bisa melanda anabul. Virus, kuman, cacat bawaan yang tak terdeteksi dari pemeriksaan fisik ternyata bisa menghampiri kucing juga. Untuk itu saya sarankan selalu rajin melakukan vaksin kepada anak bulu tercinta. Paling tidak dengan vaksin teratur bisa mencegah serangan virus saat udara dan imun dia tak stabil.
Selain vaksin, kucing juga wajib minum obat cacing lebih sering dari manusia. Karena sistem pencernaannya beda banget dengan manusia, rentan banget terkena penyakit. Percayalah kalo dia cacingan malah bikin sulit hidup kamu. Jangan lupa beri kucing obat kutu, ini penting juga demi tidak garuk-garuk sepanjang hari.
Saya baru tahu jika kucing bisa terkena flu dan penyebabnya tak hanya cuaca atau suhu tapi juga alergi. Menanggulangi terkena flu bisa dimulai dengan vaksin, menjaga asupan gizi dia. Kalau sudah terkena flu berkepanjangan, capek banget proses penyembuhannya.
4. Tahu Pertolongan Pertama Sebelum ke Dokter
Belajar dari kasus kesehatan Babang, saya pun mengingat dan mencatat beberapa saran dari dokter apabila terjadi tanda-tanda memburuknya kondisi kucing. Yang terpenting ialah mencatat, catatan kegiatan dan makanan masuk sangat berguna kala melaporkan ke dokter. Biasanya dokter akan menanyakan:
- Nafsu makan selama 3 hari terakhir (berikan informasi sedetail mungkin jika ada yang tak biasa)
- Asupan minum selama 3 hari
- Pola atau intensitas pipis
- Pola atau intensitas buang air besar
- Bentuk air besar 3 hari terakhir (cobalah jelaskan sedetil mungkin)
- Kapan muntah (setelah makan, setelah jilat-jilat, setelah makan rumput, atau tiba-tiba)
- Isi muntahan (makanan sudah lembut, makanan masih bongkahan besar, bercampur bulu, ada kapsul isi bulu, warnanya kuning, air saja, atau terselip rumput)
- Makan serangga atau hewan lain
- Sejak kapan lemas
Dokter menanyakan ini semua lantaran kita merupakan pengasuh yang serumah dengan anabul. Maka saya sempatkan untuk selalu mencatat apabila terjadi perubahan dari kebiasaan Babang. Dan kadang agak terlalu detail mengenai wujud feses Babang.
Apabila Babang menunjukkan gelagat aneh, saya selalu utamakan mencatat detail, karena selama ini dia tak langsung lemas atau pingsan. Tindakan lain yang pertama dilakukan ialah memastikan Babang minum, kalau menolak biasanya saya paksa masukkan air lewat mulut. Intinya menjaga kucing tidak dehidrasi. Saya juga sediakan beberapa opsi makanan (makanan basah atau merek dry food lain), memastikan ada asupan makanan juga penting.
Menjaga tidak dehidrasi ini saya lakukan setiap kali Babang muntah, mencret, kesleo (biasanya menolak didekati karena sakit), atau demam. Kalau manusia mungkin dianjurkan untuk minum teh anget tiap sakit ya. Apabila punya dana lebih bisa juga beli termometer digital, senjata ini dimasukkan ke dubur selama 10 detik untuk tahu suhu tubuh kucing. Kalau panas banget, sudah langsung bawa ke dokter.
5. Belajar Lebih Mandiri Merawat Kucing
Kucing saya tak terlalu ramah dengan manusia, jadi kemungkinan dia bisa mandi di pemandian kucing cuma setahun sekali. Selebihnya saya mandiri merawatnya. Perawatan kucing ini pelan-pelan, karena Babang tak langsung percaya dengan saya. Pertama dimulai dengan menyisir bulunya, lalu mengelap dengan tisu basah area kotor dia (biasanya kaki) dengan cepat sebelum dicakar. Selain itu juga belajar untuk membersihkan telinganya, ini agak sulit karena pada awalnya dia tidak nyaman dibersihkan dengan apapun.
Selain itu kami juga belajar meminumkan obat secara oral pada kucing. Tentu dengan alat bantu ya, kalau cuma tangan bisa hancur berantakan. Ada beberapa tahapan yang masih belum mampu kami kerjakan sendiri seperti memandikan Babang dengan air ataupun memotong kukunya. Terakhir mencoba dia berhasil melukai kami.
6. Punya Kucing jadi Lebih Suka Bersih-Bersih
Ini hal aneh yang saya rasa baru sadari setelah sekian tahun. Saya akui dulunya termasuk yang sangat cuek dengan bebersih rumah atau tempat tinggal. Pekerjaan yang menyita waktu dan tenaga, jadi malas banget. Tapi semenjak punya kucing, saya jadi tergerak untuk bebersih.
Mungkin pencetusnya ialah saya tidak suka aroma lain seperti pipis, makanan kucing, atau aroma lain yang kurang sedap. Jadilah saya mulai merumuskan cara bebersih dan trik agar urusan buang hajat kucing ini tak terlalu membuat saya kurang nyaman. Apalagi Babang tidak saya kandang, rumah dia adalah sama dengan rumah kami.
Ada sisi baik dia tidak dikandang tapi hidup bebas di rumah, yaitu kami tak harus bersih-bersih kandang. Tapi memang harus diajarkan untuk buang hajat di tempat yang sudah kami sediakan. Itupun kadang masih berantakan karena semangat mengeruk pasir.
Karena dia tak berkandang dan bebas di rumah, maka konsekuensi bulu dia ada di mana-mana pun harus dihadapi. Lantai jadi sedikit tidak mulus kalau dia sering merontokkan bulu, lantai juga agak lengket karena keringat atau air liurnya saat jilat-jilat, bulu ada di berbagai perabot. Dari sana saya malah rajin bersih-bersih rumah demi menjaga kenyamanan kami manusia dan Babang.
7. Waktu Relaksasi dan Menjaga Suasana Hati Bersama Kucing
Saya merasakan keberadaan kucing membuat kami lebih santai di rumah. Kadang hanya melihat dia jilat-jilat diri saja sudah jadi waktu relaksasi tersendiri. Apalagi mengelus dia, bulu-bulu Babang memberikan sentuhan baik untuk suasana hati kami. Tapi layaknya suasana hati kami yang dijaga oleh keberadaan Babang, kami juga merasa butuh menjaga suasana hati Babang.
Kucing kalau stress biasanya akan murung, emosian, bulu rontok, mogok makan dan segala hal kurang menyenangkan sampai sakit. Saya sempat pesimis dengan ini dan menganggap remeh. Tapi setelah mencoba memberi waktu me-time untuk Babang, suasana hati dan kualitas hidup dia berangsur baik.
Cara kami hanya mengajak dia main (dengan mainan tali atau laser), membiarkan dia menikmati suasana dan angin dari teras rumah, menyisir bulunya atau menggaruk badannya agak lama. Dan tak lupa kami sempatkan untuk mengajak Babang jalan-jalan sekitar rumah dengan mengenakan tali tuntun dan harness. Yap, kucing saya bisa diajak jalan-jalan dan biasanya dia yang menetukan arah perjalanan.
Itu tadi cerita panjang tentang beragam perlajaran dan perubahan yang dialami semenjak memelihara Babang. Terima kasih sudah mau menyimak cerita panjang dari pemilik anabul amatit ini.