Setelah memutuskan untuk memelihara kucing dengan serius, saya pun mencoba mencari beragam informasi. Mulai dengan bertanya kepada teman yang lebih terlatih memelihara kucing. Ada banyak pertanyaan, kekhawatiran, dan informasi yang saya bicarakan. Hingga berkesimpulan jika memelihara kucing itu komitmennya tak hanya sesederhana memberi makan saja. Ada banyak hal yang harus saya persiapkan saat memelihara dengan serius seekor kucing, tapi itu akan dibahas terpisah saja ya. Kali ini mau cerita lika-liku memelihara kucing jalanan.
Harga Diri Kucing Jalanan Masih Melekat di Babang
Meski dia sangat manis saat meminta makan, tapi tetap harus sangat waspada, karena ternyata tidak semua daerah di tubuhnya bisa dipegang leluasa oleh manusia. Hal ini saya pelajari dari Babang setelah sebelumnya mendapatkan informasi ini dari teman. Kaki belakang merupakan area terlarang yang sebaiknya tidak disentuh (kecuali memang kucingnya sudah terbiasa dari kecil disentuh area itu). Kaki depan bisa disentuh namun dengan kewaspadaan, jangan terlalu ditekan, kalau takut jangan disentuh. Lengan merupakan area abu-abu, kalau dielus salah tekanan dikit dia bisa menggigit. Tidak semua kucing suka diraba-sentuh-garuk-elus area perutnya, ada kucing yang gemar area itu dipegang tapi tak sedikit yang membencinya. Jadi jangan mudah tergiur saat ia terlentang dan memamerkan perutnya, bisa saja itu jebakan.
Hal ini selalu jadi acuan saya untuk tidak terlalu akrab menyentuh Babang di awal, karena nyatanya sering salah area dan berakhir kena cakar. Kucing juga sering memberikan tanda ia tak suka disentuh dengan geraman ringan, dua tiga kali tak dihiraukan maka siap-siap saja kena cakar. Beda perkara apabila sang kucing sudah biasa dengan manusia sejak kecil, mereka akan lebih tidak agresif saat disentuh area terlarangnya. Namun apa daya, saya tidak mendapatkan kucing yang bebas disentuh badannya.
Sebagai kucing jalanan, Babang termasuk sangat jarang melepaskan kewaspadaannya. Tak pernah dia tidur membiarkan punggungnya terbuka, biasanya punggung akan menyentuh tembok. Pelukan merupakan hal yang sebaiknya tidak dilakukan, ia terlalu waspada dan malah kerap menyerang balik. Kesombongan Babang ada pada irit suara mengeong. Apabila suasana hati dia buruk, ia tak akan segan mengerang, dan awal-awal tahun saya masih belum bisa mengetahui kapan suasana hatinya baik.
Di tahun awal saya memutuskan untuk hanya memberi dia makan, menyediakan minum, tempat buang hajat, dan jarang menyentuh kecuali dia mepet duluan.
Trik Menyentuh Kucing Babang
Setelah sekian lama bersama Babang, terlalu sering diserang dan baikan, jadi membuat saya hapal aturan menyentuhnya kalau dia sedang agak bad mood. Agak ya, kalau bad mood beneran mending menyingkir. Untuk aturan menyentuh Babang saya juga selalu memberikan informasi ini kepada teman yang ingin menyentuh Babang dengan leluasa tanpa diserang balik (seperti yang saya dapatkan). Hal ini tak lebih demi keamanan, karena Babang awalnya bukan kucing rumahan dan sikapnya cenderung agresif penuh kewaspadaan yang tidak segera hilang.
Pada dasarnya cara menyentuh kucing ini merupakan standar perkenalan hewan.
- Pertama biarkan dia mengenali, mendekati, mengendus, menimang kehadiranmu berbahaya atau tidak.
- Apabila kamu ingin menyentuh, pastikan dia memperhatikan kehadiranmu atau melihatmu (amannya dari depan) dan saat mendekat dia tidak mendesis atau telinganya ke arah belakang.
- Telinga kalau sudah ke arah belakang biasanya dia waspada untuk menyerang, percayalah saya sering dia serang.
- Dekatkan tanganmu ke arah hidung kucing, bisa menggenggam atau jari telunjuk, biarkan dia membaui dan menggosokkan kepala ke tangan atau jarimu.
- Tahap ini berarti Babang sudah mengijinkan kamu menyentuhnya.
Tapi jangan jumawa ya, area pertama yang aman kamu sentuh adalah kepala. Itupun meliputi kening dan pipi. Garuklah dengan sedikit tekanan, nanti dia akan membenarkan posisi yang perlu digaruk. Kalau sudah membenarkan posisi, ikuti saja dan jadilah budak garuknya. Tapi ingat untuk tidak menyentuh perut, kaki depan-belakang, dan ekor. Kamu juga diijinkan dan aman menggaruk area punuk hingga punggungnya setelah kepala. Untuk kucing besar seperti Babang, saya tidak menyarankan untuk mengelus takut-takut, gunakan jari lalu beri sedikit tekanan seperti kamu menggaruk area gatal. Kalau cuma dielus ringan dia gemas kurang berasa, biasanya malah digigit.
Mulai Memeriksakan Babang ke Dokter
Teman saya memberikan saran untuk segera vaksin Babang, agar tidak tertular virus yang bisa mematikan. Ide brilian mengunjungi dokter ternyata menghantarkan kami dalam masa panjang mencari dokter yang cocok. Dan tidak semua dokter itu cocok dengan karakter kucing yang berbeda-beda serta kepuasan pemilik. Mulai dari respon awal sang dokter saat bertemu Babang yang galak, observasi yang dilakukan, cara komunikasi memberikan keterangan penyakit. Bahkan untuk dokter hewan, komunikasi dengan pemilik itu jadi pertimbangan penting. Selain karena jadwal praktek dokter yang biasanya tidak pas dengan jadwal longgarnya kami.
Sejujurnya poin Babang agresif ini membuat dokter mundur pelan-pelan. Ya mana ada yang mau diserang hewan kan. Perkara awalnya Babang akan menyerang jika disentuh perutnya, serangannya agak keterlaluan. Masalah kesehatan Babang mulanya dari demam dan flu juga tidak berhenti.
Tapi tujuan saya adalah vaksin, dan Babang tidak pernah bisa dinyatakan sehat oleh dokter. Demi Babang akhirnya berganti-ganti klinik dan mencari yang cocok jadwal dengan kami bukan perkara mudah. Kondisi Babang sering demam, kadang flu lalu lemas, kadang pincang, tapi waktu diperiksa dia langsung agresif. Ya gitu terus aja sampai bosan ke dokter lalu cari klinik lain untuk ganti suasana. Akhirnya dapat sela Babang sehat dan bisa divaksin untuk kali pertama, tapi setelah itu susah ketemu jadwal untuk periksa rutin.
Menemukan Dokter dan Klinik untuk Berjuang Bersama
Berjuang bersama, yaps, kalau kucing kamu sakit peranmu dalam proses penyembuhan sangat penting, tak hanya berserah pada dokter saja. Mencari klinik yang sesuai dengan jadwalmu merupakan salah satu usaha pertama. Kalau sudah ketemu yang jadwalnya sesuai, dokternya bersikukuh mampu memegang kucing untuk proses penyembuhan, kini saatnya kamu bersiap mental dan dana. Ingat biaya pengobatan hewan peliharaan tidak ditanggung oleh BPJS.
Akhirnya kami mendapatkan klinik yang cukup dekat dengan tempat tinggal, jadwal praktek juga bisa sesuai dengan waktu kami juga. Ini merupakan awal mula kami mengenal segala printilan kesehatan hewan yang ternyata sangat banyak. Kesabaran merawat saat proses penyembuhan juga jadi tantangan. Tak lupa doa agar sang kucing tercinta mampu melewati segala masa kritis juga penting. Oh ya, setelah beragam tes yang dilakukan ternyata Babang sakitnya tidak sepele.
Untuk cerita prosesnya akan dibahas terpisah. Di sini ceritanya diakhiri dengan menemukan klinik yang pas untuk Babang saja ya. 🙂