Berbicara mengenai kegiatan sosial di Jakarta yang dikenal dengan sebutan beken, social movement, kini perlahan mulai banyak bermunculan. Uniknya, gerakan ini didasari oleh kegiatan kecil yang sering disepelekan; dilupakan oleh orang-orang. Salah satunya gotong royong membersihkan sebuah area yang idenya diadaptasi oleh Clean Up Jakarta. Seperti yang sudah dituliskan sebelumnya, saya mencoba mengenal dan ikut serta dalam kegiatan sosial Clean Up Jakarta. Di mana semakin membuat saya penasaran, bagaimana sebuah gerakan sederhana ini bisa besar dan begitu banyak mempengaruhi para relawan Clean Up Jakarta.
Hubungan Unik Clean Up Jakarta dan Garibaldi Thohir
Saya percaya jika tak ada suatu hal besar hadir tanpa dukungan sesuatu hal besar lain di belakangnya. Yah, saya termasuk satu orang yang beruntung punya kesempatan untuk tau lebih dalam bagaimana Clean Up Jakarta lahir dan besar sebagai sebuah gerakan sosial di Indonesia. Saya mendapat kesempatan diundang dalam sebuah breefing Clean Up Jakarta. Pada hari itu pula saya berkesempatan bertemu dengan ibu Okty Damayanti, General Manager Corporate Social Responsibility (CSR) Adaro Energy.
Sedikit kurang nyambung sih, apa coba hubungan Adaro Energy dengan kegiatan sosial semacam ini. Mungkin lebih tepatnya, kenapa Adaro Energy mau melibatkan diri ke Clean Up Jakarta? Dengan sedikit rasa pede yang keterlaluan, akhirnya saya berani bertanya tentang hubungan Adaro Energy dan Clean Up Jakarta ke ibu Okty.
Gayung bersambut, untungnya ibu Okty sangat ramah dan sabar untuk meladeni saya. Ia sepintas menjelaskan keterlibatan Adaro Energy di social movement ini, yang ternyata cukup dibilang total juga sih. Saya tak tahu, apakah ada perusahaan besar lain yang menyempatkan diri untuk menurunkan dana, tempat, koneksi dan SDMnya untuk sebuah kegiatan sosial meski di bawah komando CSR mereka (?).
Adaro Energy itu, kalau dari pengertahuan sempit saya, merupakan perusahaan yang bergerak di bidang tambang. Dan pastinya besar, aduh sejak kapan tambang itu usaha kecil coba? Salah satu yang membuat kaget, kata ibu Okty sih dia harus melaporkan laporan kegiatan Clean Up Jakarta ini langsung ke bos besar, bapak Garibaldi Thohir. Amboy, tak terbayang kenapa seorang bos besar a.k.a Presiden Direktur sebuah perusahaan sebesar Adaro harus tahu tentang keciprit kegiatan sosial yang mereka danai.
Kabarnya sih karena Garibaldi Thohir ini orang yang cukup sosial. Saya pernah dengar jika seorang besar itu hatinya juga lebaaaar, mungkin kelebaran ini membuat Garibaldi Thohir terlihat sangat peduli hal-hal berkaitan dengan kegiatan sosial. Tapi kalau harus lapor langsung ke Presiden Direktur berarti memang bapak satu itu sangat detail; perfeksionis terhadap hal-hal yang ia investasikan. Bahkan sekelas kegiatan sosial Clean Up Jakarta jadi sebuah investasi non materiil yang harus ia pantau sendiri.
Tumbuhnya Jiwa Sosial Berawal dari Keluarga Boy Thohir
Jika melihat bagaimana orang-orang Adaro begitu semangat mengikuti Clean Up Jakarta, bisa bayangkan pengaruh positif ‘jiwa sosial’ dari Garibaldi Thohir ke pegawainya. Pada kesempatan lalu di Clean Up Jakarta, saya melihat sendiri polah tingkah pegawai Adaro yang guyup bersama relawan lainnya. Mungkin kegiatan sosial ini selain jadi ajang refreshing dari kantor sekaligus mengakrapkan diri dengan pegawai lain ples ketemu orang luar. Mungkin lho ya, saya sih hanya bisa mengira-ngira saja.
Siapa yang mau menyangkal jika keluarga merupakan lembaga pertama kamu, saya, mereka hingga pak Garibaldi Thohir belajar tentang segala hal. Hal itu sepertinya memang disadari benar oleh Presiden Direktur Adaro yang kerap disapa Boy Thohir. Kalau kata ibu Okty, Presiden Direktur Adaro memang punya benih sosial yang ia tebar ke pegawainya dan tak lupa ditanam ke dalam keluarga.
Salah satu yang menarik perhatian itu, bagaimana saudara dari Erick Thohir ini mendukung sekaligus menantang putri kembarnya untuk membuat sebuah project sekolah. Bagi Garibaldi, jika hanya proyek biasa maka anak-anaknya tak akan belajar sesuatu yang beda. Ia ingin kedua putri kembarnya, Gabby dan Ghea, membuat suatu hal yang menggerakkan serta membuat perubahan meskipun itu kecil.
Well, dari penelusuran saya di internet, rupanya hasil dukungan; tantangan Garibaldi Thohir adalah The Bekantan Twins Project yang ada di Pulau Bakut. Bayangkan project sekolah itu jadi sesuatu yang besar! Sebuah kegiatan melawan; menyelamatkan Bekantan dari kepunahan di Kalimantan. Uniknya, Pulau Bakut yang dijadikan area konservasi hewan primata ini merupakan tempat bekas tambang Adaro Energy. Solusi unik sih, alih-alih menelantarkan area bekas tambang, malah digunakan untuk hal lain yang lebih baik untuk kesejahteraan primata bernama Bekantan.
Masih menyoal tentang hal-hal sosial terkait dengan Garibaldi Thohir, saat melakukan pencarian, saya bertemu tulisan simbok Venus tentang Tabalong Islamic Center. Dari sana saya tahu jika ada sebuah tempat cantik di Kalimantan yang layak dikunjungi. Bahkan dituliskan juga jika Tabalong Islamic Center ini masuk dalam situs traveler beken sekelas Tripadvisor. Mungkin kalau saya punya kesempatan, amin-amin-amin, mau mengunjungi tempat ini! Jadi selain project Gabriella dan Giovanna Thohir, Tabalong Islamic Center merupakan destinasi unik yang harus dikunjungi saat di Kalimantan.
Kalau menurut saya, jiwa sosial saja tak cukup untuk bisa menelurkan suatu hal yang berfungsi dan bermanfaat untuk masyarakat luas. Bagaimana prinsip diri tentang komitmen untuk menjalankannya juga jadi satu hal yang penting. Berjiwa sosial saja tak cukup, memiliki komitmen sekuat Adaro Energy barulah lengkap. Jika seorang Garibaldi Thohir bisa memulainya dari hal kecil, saya rasa banyak orang lain pun dapat melakukannya.
2 comments
Mbak Boleh minta alamat emailnya kah? ada yang mau saya tanyakan.
Terima kasih
Halo,
Boleh, bisa email ke [email protected]