Hal pertama ketika saya tahu akan melangkah ke jenjang pernikahan, selain menyiapkan kemantaban batin juga menuliskan daftar yang harus disiapkan. Selain itu ada sesi bertukar visi dengan pasangan, diskusi ringan dibutuhkan untuk tahu kapan pernikahan akan berlangsung. Tanggal akad nikah atau perayaan bisa dipilih berdasarkan tanggal cantik atau perhitungan weton.
Setelah tahu tanggal bisa lanjut ke diskusi mengenai konsep pernikahan. Meskipun di Indonesia mayoritas keputusan dan acara pernikahan diadakan oleh pihak wanita, tak ada salahnya berbagi isi kepala. Hal itu bisa mengurangi beban sekaligus masa percobaan menghadapi kalau ada bentrok dengan suami dikemudian hari.
Konsep Pernikahan yang Bisa Dipilih
Jika kamu berselancar di internet pasti banyak sekali pilihan konsep yang bisa dipilih. Untuk saya pilihan hanya ada dua, mengadakan pesta formal atau mengadakan acara sederhana.
- Pesta Formal
Pesta formal yang saya maksud adalah rangkaian acara adat Jawa dari midodareni-akad-resepsi-ngunduh mantu. Jika pilihan jatuh ke pesta formal akan ada pilihan lanjutan berupa tema atau konsep acara.
Di tema atau konsep kamu bisa menemukan ratusan ide dari Pinterest atau situs-situs pernikahan. Mengikuti adat daerah juga tak menghalangi untuk menyematkan konsep unik, eksplorasi di warna tematik dari baju hingga bunga.
Atau jika masih bingung bisa mengintip 30 Inspirasi Dekorasi Pernikahan Unik dari Wolipop atau Tema Dekorasi Populer dari Weddingku. Salah satu yang menarik perhatian saya adalah konsep Bunga Kertas, tampak begitu personal dan sederhana. Oh, konsep ini sempat masuk dalam list pernikahan saya, namun gagal karena tak punya waktu menyiapkan bunganya.
- Acara Sederhana
Acara sederhana sebenarnya tak menghalangi kamu dari tujuan utama menikah bahkan bisa merekatkan tali kekeluargaan. Mengapa masuk sederhana, karena pilihan rangkaian acaranya bisa:
- Akad Nikah saja (ini bisa ditambah hantaran makanan ke tetangga terdekat)
- Akad Nikah dan syukuran (bisa di rumah, restoran atau masjid)
Jelas dari sisi biaya, acara sederhana memangkas banyak sekali pengeluaran. Namun akan ada banyak kompromi untuk berbagai pihak, termasuk orang tua bahkan rekan sejawat. Untuk acara sederhana jelas kamu tak akan bisa mengundang banyak pihak, karena keterbatas ruangan yang biasa dijadikan lokasi acara.
DIY Wedding ala Saya
Jika diingat ternyata kami sedikit absurd, dengan sangat percaya diri menargetkan acara kurang dari 3 bulan, di mana masing-masing dari kami tidak ada di kota kelahiran. Kami berdua tak bisa menyempatkan datang untuk konsultasi tanggal baik ala weton. Saya mencoba mempelajari soal tanggal itu, hanya mentok di tanggal kurang baik pada bulan tersebut.
Rencana Detail sangat tak cocok dengan kami. Dari keinginan melangsungkan pernikahan saja muncul mendadak, lamaran juga tak ada persiapan hanya datang dan OK. Lalu untuk pilihan bulan, sesungguhnya pasangan saya asal sebut yang kira-kira banyak liburnya saja.
Memiliki rencana besar memang cocok bagi kami, namun rencana detail sudah pasti akan gagal. Mengingat lokasi kami yang beda kota pula dengan tempat acara. Jadi untuk tanggal, saya hanya melihat tanggal baik dalam sebulan, dan tidak menentukan HARUS TANGGAL INI. Kepastiannya ikut rencana yang di atas saja mengijinkannya tanggal berapa. Ingat pepatah: Manusia punya rencana, Tuhan juga yang menentukan.
Menilik pengalaman kemarin, saya lebih condong ke pilihan acara sederhana. Tidak dipungkiri jika biaya jadi pertimbangan utama diikuti perihal waktu persiapan yang pendek. Namun setelah diskusi dengan pasangan akhirnya memutuskan untuk sedikit menambahkan beberapa hal dari rangkaian acara formal.
Penambahan tersebut berupa: adanya undangan, adanya seserahan dari pihak pria dan dekorasi di lokasi acara. Proses persiapan pernikahan yang panjang dan intens menjadikan momen tersebut berharga, ah maaf saya tak bisa memilih kata-kata puitis untuk menggambarkannya.
Sebagai orang dari Jawa Tengah, saya paham benar jika adat merupakan hal yang tak bisa dilepaskan. Jika kami telah bertekad untuk melaksanakan pernikahan secara sederhana, hal pertama yang pertama dimintai ijin adalah orang tua.
Saya menawarkan apakah orang tua saya dan pasangan tidak keberatan jika acara hanya dilangsungkan sederhana (akad dan makan-makan). Rupanya keresahan mereka lebih kepada apakah kami tidak merasa kecewa nantinya jika satu ketika ada saudara yang melangsungkan acara formal.
Keinginan melangsungkan pesta memang ada sejak dulu, malah dari kecil, namun setelah melihat lelahnya dipajang berjam-jam saya merasa tak sanggup. Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada teman dan keluarga besar, kami memilih melangsungkan acara dengan tamu terbatas. Mohon maaf sebesarnya jika ada yang terlewat diundang atau tak bisa datang karena pemberitahuan terlalu mendadak.
Beberapa detail pun saya kerjakan sendiri karena ingin menyematkan hasil tangan di acara yang kabarnya untuk pertama dan terakhir itu. Salah satu rekan saya yang menemani proses persiapan pun menyeletuk jika acara saya ini lebih mirip DIY Wedding, karena banyak hal yang tidak diserahkan kepada vendor.
Itu tadi sedikit cerita tentang konsep pernikahan pilihan kami berdua. Acara sederhana yang menculik sedikit detail rangkaian acara formal.
1 comment
artikelnya sangat membantu dan menginspirasi. terimakasih