5 Cara Hapus Burnout pada Seniman

Pekerja seni atau seniman merupakan salah satu kelompok orang yang cenderung lebih rentan mengalami masalah kesehatan mental termasuk burnout dibandingkan profesi lainnya. Ada banyak variabel alasan yang dapat membuat orang yang bekerja dalam dunia kreatif sering kali menghadapi tantangan terkait kesehatan mental, seperti:

  • Sifat pekerjaan yang fluktuatif
    Karir seni bisa dibilang jalan yang tidak stabil, dengan berbagai proyek yang kerap bersifat temporer dan tidak menentu. Hal tersebut membuat para seniman sering menghadapi ketidakpastian finansial. Apalagi jika ditambah dengan jadwal yang selalu berubah (atau populer disebut fleksibel) dapat menciptakan rasa stres dan kecemasan.
  • Dituntut selalu kreatif
    Sudah pasti jika bekerja di dunia kreatif, setiap individu akan dituntut untuk selalu punya kreativitas yang berkelanjutan. Dorongan terus-menerus untuk menghasilkan karya inovatif, baru, atau unik akan menjadi tekanan bagi seniman yang menimbulkan kelelahan mental.
  • Kritik atau penilaian publik
    Hasil dari usaha para pekerja kreatif ini sering mendapat sorotan dan penilaian publik. Entah itu apresiasi maupun kritik. Masukan yang didapatkan bisa mempengaruhi harga diri dan kepercayaan diri seniman, terutama jika menerima kritik pedas. Tidak jarang seniman akan mengalami penurunan suasana hati yang buruk setelah momen tersebut.
  • Isolasi sosial
    Pekerja seni sering bekerja secara individual untuk menghasilkan sebuah karya dan jika sudah fokus tidak bisa diganggu. Hal ini membuat mereka kurang melakukan interaksi sosial, ditambah jika tidak memiliki komunitas yang mendukung setiap langkahnya. Situasi ini perlahan akan memicu perasaan terisolasi dan depresi.
  • Perfeksionis
    Bukan rahasia lagi jika seorang seniman; pekerja seni; orang kreatif adalah manusia yang perfeksionis. Standar kesempurnaan mereka terhadap karya begitu tinggi dan sulit untuk dinegosiasikan. Kegagalan untuk mencapai kesempurnaan yang ada di bayangan mereka akan memicu rasa frustrasi dan kecemasan berlebihan. Hal ini menjadi salah satu alasan besar mengapa seniman sangat mudah terganggu kesehatan mentalnya.

Tidak menutup kemungkinan jika semua variabel di atas langsung diborong oleh satu individu, seniman. Tentu dengan kepungan hambatan-hambatan yang terus mereka alami sepanjang karir akan membuatnya semakin rentan terhadap masalah mental seperti depresi, kecemasan, hingga burnout.

Langkah Menghadapi Burnout Seniman

Situasi burnout bisa menjadi ancaman karir yang sangat besar dan serius, karena seorang seniman selalu dituntut untuk menghasilkan sesuatu yang baru, bisa dibilang tidak ada kata istirahat untuk sesekali tidak kreatif. Demi bisa terus produktif otak kreatifnya, maka pekerja seni harus punya strategi yang baik untuk dapat menghapus burnout itu. Berikut ini beberapa cara yang bisa dicoba untuk menghempaskan burnout para seniman:

1. Menjaga keseimbangan hidup

Salah satu cara menghindari situasi burnout adalah dengan menjaga keseimbangan hidup antara pekerjaan seni dan kehidupan pribadi. Seniman kerap terlalu fokus pada karya yang sedang dibuat hingga melupakan aktivitas dan hubungan nyata di luar dari ruang kreatif atau studionya.

Luangkanlah waktu untuk istirahat, bersantai, dan melakukan hobi lain di luar bidang yang ditekuni. Tidak ada salahnya untuk mencoba berolahraga, karena saat tubuh menjadi lebih bugar maka akan memiliki ketahanan fisik yang lebih kuat selama merampungkan karya dan tidak mudah lelah. 

Coba juga mengunjungi alam untuk mendapatkan sensasi ketenangan, atau coba habiskan waktu bersama keluarga dan teman agar pikiran menjadi lebih segar. Dengan menyeimbangkan hidup, akan mencegah kelelahan fisik dan mental yang memicu burnout, serta mengembalikan motivasi untuk kembali berkreasi.

2. Mengatur waktu kerja lebih efektif

Hal lain yang membuat seorang pekerja seni mengalami burnout adalah kurangnya kualitas manajemen waktu. Tidak jarang seniman harus menyelesaikan sebuah proyek dalam waktu yang singkat. Atau malah memiliki waktu pengerjaan lama, tetapi lebih memilih menunda dan merampungkan di akhir-akhir menjelang deadline. Buruknya pengaturan waktu kerja ini jadi masalah yang akan merugikan seorang pekerja seni, terlebih saat deadline pekerjaan berurutan dan proses tidak berjalan lancar seperti harapan. 

Untuk menghindarinya bisa mencoba mulai membuat jadwal harian dan mingguan yang realistis. Buat waktu khusus untuk berkarya, istirahat, dan kebutuhan pribadi. Hindari juga terlalu banyak komitmen baru yang membebani. Terapkan pembagian tugas sesuai dengan prioritas, hindari melakukan prokrastinasi, dan tetapkan batasan yang jelas.

3. Memelihara api motivasi dan inspirasi

Motivasi dan inspirasi adalah sumber energi bagi seniman dalam berkarya. Namun, terkadang dua hal sangat mudah lenyap. Untuk mengatasinya, seniman perlu secara aktif memupuk dan memelihara motivasi atau sumber inspirasi tetap menyala. Cara lain untuk tetap menyalakan kembali gairah berkreasi adalah dengan bergabung dengan komunitas seniman, menghadiri pameran, atau mempelajari teknik baru dari seniman lain.

Pastikan juga untuk tidak kehilangan rasa penasaran mengulik; belajar; meningkatkan kualitas karya. Karena saat rasa penasaran hilang, biasanya hilang juga semangat berkarya.

4. Mulai prioritaskan kesehatan fisik dan mental

Fisik dan mental yang sehat merupakan fondasi bagi kreativitas seniman. Namun, biasanya karena tuntutan pekerjaan seni sering membuat mereka mengabaikan dua aspek ini. Padahal, saat seniman mengalami kelelahan fisik dan mental, mereka akan langsung dihajar burnout yang sulit dilepaskan.

Mulailah dengan mengatur pola tidur yang baik dan cukup, jaga asupan nutrisi pada tubuh, kembalikan lagi aktivitas fisik yang teratur. Apabila sudah mengalami gejala kesehatan mental, jangan sungkan untuk segera menemu profesional kesehatan agar segera terurai kekusutannya.

5. Membatasi ekspektasi tinggi dan tekanan berlebih

Ekspektasi yang terlalu tinggi baik pada diri sendiri; pasar seni; lingkungan seni adalah lubang hitam yang akan membuka gerbang burnout kreativitas. Seniman perlu belajar untuk membatasi memberikan tekanan dan memulai harapan berlebih, karena akan membuat mereka mudah kecewa jika dihadapkan dengan kenyataan yang tidak sesuai.

Fokus pada proses kreatif, bukan pada hasil akhir saja. Mulailah menerima bahwa tidak semua karya akan berakhir sempurna, dan kegagalan adalah bagian dari pembelajaran. Penting juga untuk berhenti membandingkan hasil karya diri sendiri dengan seniman lainnya. Melainkan, mulailah membandingkan hasil karya yang dimiliki sekarang dengan hasil karya diri pada masa lalu saat baru memulai perjalanan proses kreatif ini.

Dengan menerapkan kelima langkah di atas, seniman (setidaknya) dapat mengurangi hingga mencegah terjadinya burnout kreativitas yang sering dialami berlarut-larut menghantui setiap ingin berkarya. Selamat mencoba!

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

You May Also Like
journal indonesia
Read More

Peralatan Awal Berjurnal

Sekian lama menggunakan sistem bullet journal dalam berjurnal dan merasakan manfaatnya. Saya rasa sudah waktunya membagikan beberapa cerita…